Friday, August 14, 2009

MAKNA SEBUAH KEMERDEKAAN


Tujuh belas Agustus enam puluh empat tahun yang lalu bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya - melalui dua tokoh pemuda bangsa: Soekarno-Hatta. Selama enam puluh empat tahun itu apa yang sudah didapat dan diraih oleh bangsa ini?

Sekedar kilas balik, Indonesia lepas dari belenggu penjajahan selama 350 tahun yang dilakukan Belanda, setelah Jepang menginvasi Nusantara. Namun, nasib Indonesia selanjutnya bak jatuh dari mulut harimau ke mulut buaya: kita tetap terjajah. Bahkan, menurut penuturan kakek nenek kita, penjajahan Jepang jauh lebih kejam - walau hanya dilakukan dalam 3,5 tahun.

Jepang berhasil dilibas oleh Sekutu beberapa tahun setelah pendudukannya di negara-negara Asia Timur Raya, seperti Indonesia, China, Myanmar, dan Filipina. Jenderal Douglas McArthur menjadi pahlawan bagi pasukan Amerika Serikat di darat. Sementara Laksamana Nimitz berhasil melumpuhkan pasukan Laksamana Yamamoto di Samudera Pasifik. Kekalahan telak Jepang ditandai dengan penjatuhan bom atom di Nagasaki & Hiroshima.

Indonesia memanfaatkan betul kekosongan yang ditinggalkan oleh Jepang yang kalah perang. Para pemuda pun mendorong Soekarno-Hatta untuk segera membacakan teks proklamasi. Indonesia pun merdeka. Jadi..., ini benar-benar suatu berkah yang amat luar biasa yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Indonesia.

Bayangkan saja! Indonesia tidak pernah benar-benar berhasil mengusir penjajah dari Nusantara. Portugis & Spanyol diusir Belanda. Belanda yang hanya sebuah negara kecil di Eropa - yang bahkan juga tengah dijajah oleh Napoleon, Prancis - hanya mampu diusir oleh Jepang. Jepang pun ditaklukkan oleh Sekutu. Jadi..., kekosongan yang ditinggalkan oleh penguasa dari Jepang, benarlah sebuah rahmat dari Allah SWT.

Itu terbukti dan disadari betul oleh para pejuang kita pada saat itu. Lihat saja apa yang mereka tulis di Preambule UUD 1945!
"Atas berkat rahmat Allah SWT..."
bukan
"Atas perjuangan heroik pasukan Indonesia..."
Mengapa bunyinya seperti itu?

Karena kita memang nyaris tak pernah menang perang. Yang dimenangkan oleh Imam Bonjol, Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Pattimura dan lain-lain hanyalah pertempuran-pertempuran di tempatnya masing-masing. Secara total, bangsa Indonesia tak pernah mampu mengalahkan penjajah dan mengusir sendiri para imperialis itu. Lihat saja! Belanda - kemudian - selalu berhasil memadamkan perlawanan dari para pahlawan tersebut.

Lalu, apa sebenarnya yang diharapkan oleh Tuhan dari kemerdekaan yang telah Ia anugerahkan kepada kita ini?

Tentu saja kepatuhan dan ketaatan kepada-Nya. Ia ingin melihat sejauh mana bangsa ini bersyukur atas kemerdekaan yang telah Ia berikan.

Namun, apa yang terjadi?

Bangsa ini sepertinya masih belum menyadari keinginan Tuhan tersebut. Masyarakat kita bahkan cenderung kufur nikmat. Lihat saja apa yang terjadi!

  • Pancasila & UUD 1945 dijadikan berhala
  • Kepemimpinan & ketatanegaraan lebih memilih cara-cara sekuler dibandingkan jalan Tuhan - hanya dengan sebuah alasan "kemajemukan"
  • Penguasa-penguasa dikultuskan lebih daripada seorang nabi - bahkan Tuhan
  • Budaya latah/meniru keburukan bangsa lain - yang dianggap sebagai style - terus dipelihara
  • Materialisme lebih diagung-agungkan daripada kejujuran
  • Orang-orang beriman dikhianati dan dimusuhi: dipandang sebelah mata dan dihinakan
  • dll
Lihatlah akibatnya!
  • Indonesia yang terus tertinggal - bahkan oleh negara-negara tetangga yang belakangan merdeka - akibat terlalu sibuk dengan dasar & perundang-undangan yang tak mampu memberikan perlindungan & kesejahteraan kepada masyarakat kecil, dan tak punya kekuatan untuk membasmi koruptor
  • penguasa-penguasa Indonesia yang terus membohongi rakyatnya sendiri
  • perubahan budaya bangsa - yang santun menjadi urakan dan tak berkarakter positif
  • korupsi dan penipuan yang merajalela - demi kekayaan dan kesenangan pribadi
  • tergadainya kekayaan alam bangsa ini kepada bangsa lain
  • bencana alam yang sering terjadi
  • kemiskinan, pengangguran, dan kebodohan yang semakin menjadi
  • pendidikan yang dikomersialisasi
  • dll - yang terlampau banyak untuk dipaparkan.
Semua poin terakhir adalah wujud dari kemurkaan Tuhan terhadap bangsa yang tak tahu untung, yang kufur nikmat. Diberi kekayaan yang melimpah dan kemerdekaan untuk mengelolanya, malah dibalas dengan pengkhianatan: lebih memilih jalan manusia daripada jalan Allah SWT.

Aneh sekali: bangsa yang mayoritas mengaku Islam, lebih sekuler daripada USA dan Turki, lebih liberal daripada Eropa. Ajaran Tuhan hanya berlaku sebatas KTP, dan forum-forum agamis. Bak kata orang, "Shalat iya, korupsi jalan terus..."

Setelah tahu dan mengaku kalau Tuhan lah yang memerdekakan kita, mengapa tidak memilih jalan-Nya???

Apakah memilih jalan lain adalah hal yang logis untuk bersyukur???

Dua pertanyaan tersebut sangat sederhana, namun jawaban logisnya amat sulit dipraktikkan oleh bangsa ini. Kemungkinan besar jawabannya akan sama seperti yang biasa dilontarkan orang, "Kita kan negara majemuk, yang terdiri dari berbagai suku; bangsa; agama; dan golongan. Ya, nggak mungkinlah begitu."

Apa iya tak mungkin??? Atau..., sebenarnya tak mau, takut sama hukum/aturan Tuhan??? Atau menganggap-Nya remeh, omong kosong???

Pantas saja bangsa ini seperti dikutuk terus: dihinakan oleh Tuhan - juga oleh bangsa lain. Dijarah terus, disiksa terus, dijajah terus.
Sampai kapan???

Sampai kita tahu benar dan mau melaksanakan makna kemerdekaan itu.

No comments:

Post a Comment

Please type your comment here!