Monday, June 29, 2009

KONTROVERSI SRIWIJAYA FC vs PERSIPURA


Kemarin malam Sriwijaya FC dari Palembang berhasil menjadi juara Copa Dji Sam Soe Indonesia. Namun, sayang kemenangan tersebut dinodai oleh peristiwa walk out (WO) yang dilakukan oleh pemain-pemain dari tim lawan: Persipura dari Jayapura.

Pertandingan pada babak pertama berlangsung relatif lancar, walaupun tensi memanas dan permainan cenderung keras. Skor 0-0 hingga turun minum.

Pada babak kedua Sriwijaya FC berhasil mencetak gol ke gawang Persipura melalui sundulan Obiora, setelah menerima umpan matang yang dilesakkan oleh Nasuha. Gol ini tercipta pada menit 60-an.

Selang tak beberapa lama kemudian, terjadi screamed di area kotak pinalti Sriwijaya. Kiper Sriwijaya FC, Ferry Rotinsulu, menyergap bola yang tengah berada dalam penguasaan salah seorang pemain Persipura sehingga membuat pemain tersebut terjatuh.

Namun, bola yang lepas dari pelukan Ferry jatuh ke kaki pemain Persipura lainnya. Pemain itu pun menendang bola ke arah gawang, dan mengenai tangan kanan salah satu pemain Sriwijaya FC.

Tim Persipura tidak menerima hal ini, karena wasit tidak memberikan hadiah tendangan pinalti untuk tim mereka. Mereka pun mengejar dan memprotes sang pengadil lapangan. Wasit Purwanto - yang memimpin laga tersebut - merasa bahwa keputusannya sudah benar.

Merasa tidak puas, seluruh pemain Persipura dan para official pun meninggalkan lapangan pertandingan. Hanya pelatih Persipura, Jackson F. Tiago; dan salah seorang official yang terlihat masih berada di bench.

Sekitar satu jam lamanya panitia pertandingan dan penonton di Stadion Jaka Baring menunggu pemain-pemain Persipura agar kembali lagi ke lapangan. Sayangnya, hal itu tak pernah terjadi. Maka, sesuai peraturan FIFA: tim yang WO dinyatakan kalah. Dan, Sriwijaya FC pun menang.

Padahal, andaikata para pemain Persipura mampu berkepala dingin; berpikir lebih bijaksana; dan bersikap lebih profesional, hal itu tak perlu terjadi. Sisa pertandingan masih cukup panjang: sekitar 20-an menit. Mereka masih punya peluang cukup besar untuk mengejar ketertinggalan 0-1 bahkan membalikkan keadaan dengan memenangkan pertandingan.

Terlepas dari kontroversi terhadap kepemimpinan wasit, semestinya pihak Persipura lebih profesional, sebab hal semacam itu tak hanya terjadi di dalam negeri. Sebagai contoh: beberapa jam setelah pertandingan tersebut, ada pertandingan final FIFA Confederation Cup antara Amerika Serikat dan Brazil.

Brazil tertinggal lebih dulu 2-0 di babak pertama. Baru di awal babak kedua Brazil mampu menceploskan gol pertama mereka pada pertandingan besar itu. Kaka' beberapa saat kemudian pun berhasil mencetak gol kedua yang bisa menyamakan kedudukan. Tapi sayang, wasit tidak menganggap itu sebagai gol - walaupun jelas-jelas pada tayangan ulang, itu adalah gol. Protes pun dilakukan, tapi wasit tetap pada keputusannya. Para pemain Brazil tentu saja kecewa.

Akan tetapi, Kaka' dan pemain Brazil lainnya tetap profesional dan berkepala dingin. Mereka kembali - dengan normal - melanjutkan pertandingan. Dan, buah manis dari kesabaran akhirnya mereka rengkuh beberapa menit kemudian, melalui gol Luis Fabiano. Bahkan, Brazil berhasil menyudahi laga tersebut dengan kemenangan, setelah sang kapten; Lucio; mencetak gol ketiga bagi Brazil.

Jika mau, pada saat gol Kaka' dianulir, Brazil juga bisa WO seperti yang dilakukan oleh Persipura. Namun, mereka tahu dan paham bahwa menuruti emosi bisa membuat mereka jadi tak profesional. Yang akhirnya justru akan merugikan diri mereka sendiri.

Salut buat Brazil!!!


No comments:

Post a Comment

Please type your comment here!