Tuesday, June 16, 2009

UAN & SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA


Selamat ya buat Adik-adik SMA yang baru saja lulus UAN! Tapi, buat yang belum lulus jangan patah arang dulu! Jangan putus asa, stres, atau malah jadi gila hanya karena UAN! Hidup Kalian masih panjang. Banyak hal yang jauh lebih penting daripada sekedar lulus UAN. Banyak kok orang yang bahkan tidak lulus SD, tapi sukses dalam hidupnya. Kertas boleh bicara, namun karakter tetap yang utama. Apa gunanya ijazah seabreg-abreg; dan nilai setinggi langit, jika karakter kita tidak mampu bersaing; tidak mampu menjawab segala tantangan zaman. Yang penting: jangan pernah berhenti berusaha! Tak boleh ada yang menghalangi perjuangan kita.

PD! PD! PD!

Bicara soal pendidikan di Indonesia, memang akan cukup banyak memancing kontroversi. Apalagi bila bicara soal UAN alias Ujian Akhir Nasional. Ada orang yang setuju, ada pula yang tidak. Saya tidak begitu tahu pihak mana yang jumlahnya lebih banyak: yang setuju, atau yang tak setuju.

Terlepas dari soal setuju atau tidak, ada hal yang jauh lebih penting, yakni sisi urgensi atau kepentingan. Bila kita memutuskan untuk membeli sesuatu - misal sepatu baru - tentu kita akan berpikir terlebih dahulu, "Ini penting atau tidak, ya?" Atau, "Sepatu gue masih ada. Masih bagus. Apa perlu ya beli yang baru?"

Nah! Jika dilihat dari sisi itu, UAN mungkin bisa saja dianggap penting. Beberapa pihak bilang bahwa UAN diperlukan untuk
  • mengukur kemajuan pendidikan di negara kita
  • menetapkan standar mutu pendidikan nasional
  • melakukan evaluasi pendidikan
  • dll.
OK! Poin-poin alasan tadi mungkin dapat diterima oleh akal sehat.

Namun, untuk meninjau setuju atau tidaknya kita terhadap pelaksanaan UAN, harus ada satu faktor lagi - yang tak kalah pentingnya. Fakto ketepatan. Pertanyaannya:

Tepat atau tidak tepatkah UAN dilaksanakan?

Banyak yang merasa bahwa pelaksanaan UAN tidaklah adil. Alasannya:
  • pendidikan di Indonesia belum merata
  • kelulusan pendidikan selama 6 atau 3 tahun tidak dapat ditentukan hanya dalam 3 atau 5 hari, atau hanya dalam beberapa hari saja
Jika kita adalah orang yang lebih suka melihat realita atau kenyataan ketimbang melihat hal yang muluk-muluk, tentu kita tahu bahwa pembangunan pendidikan di Indonesia masih belum merata, baik dari sisi fisik maupun non-fisik. Lihat saja di berita-berita! Di beberapa daerah sering kita perhatikan sekolah yang hampir ambruk, atau sekolah yang atapnya tidak ada sehingga para siswa harus terganggu proses belajarnya. Dan, pemerintah cenderung tak peduli. (Hal seperti itu bahkan dapat terjadi di dekat pusat - Jakarta.)

Untuk kelulusan: sebagai orang yang ingin diperlakukan secara adil, tentunya kita tidak mau hasil jerih payah kita selama bertahun-tahun, hanya ditentukan - sukses atau tidaknya - berdasarkan penilaian beberapa hari saja. Dan, penilaian itu bukan dilakukan oleh orang yang selama ini berada di dekat kita, langsung mendidik kita, yaitu bapak atau ibu guru.

Sebagai manusia logis, tentu kita berpikir bahwa gurulah yang sebenarnya paling berkompeten untuk menilai proses belajar kita, karena merekalah yang tahu langsung seperti apa kita.


Banyak lagi faktor yang sebenarnya dapat memicu kontroversi seputar UAN. Namun demikian, kelayakannya dapat kita nilai dengan menggunakan dua sisi atau faktor tadi. Semuanya kembali lagi kepada logika kita sebagai manusia - dan tentu saja hati nurani kita.

Namun, ada yang perlu saya kritisi soal sistem pendidikan di negara kita: Indonesia. Setelah bertahun-tahun penyelenggaraan ujian nasional; atau ebtanas; atau semacamnya, mengapa tidak terasa perubahan positif yang signifikan - yang dapat dirasakan oleh seluruh anak bangsa ini?

Yang saya perhatikan justru:
  • moral bangsa semakin parah, anak-anak tawuran; kalau sudah gede korupsi
  • bangsa kita semakin miskin
  • bangsa kita tetap saja bergantung besar terhadap asing, sampai-sampai...
  • kita dilecehkan oleh bangsa lain.
Terlalu salahkan sistem pendidikan di negeri ini? Bagaimana mengubahnya?

Ada yang bilang bahwa problem solving alias pemecahan masalah, adalah metode yang pas untuk sebuah basis pendidikan. Sudahkah sistem pendidikan kita menjawab permasalahan sehari-hari?

No comments:

Post a Comment

Please type your comment here!